PENGKAJIAN SISTEM MUSKULUSKELETAL


PENGKAJIAN
A.    BIODATA
1.      Usia
System musculoskeletal meliputi tulang, persendian, otot, tendon, dan bursa  (kantong berisi cairan yang ditemukan pada jaringan ikat terutama pada daerah persendian). Masalah yang berhubungan dengan struktur ini sangat sering terjadi dan mengenai semua kelompok  usia.  Masalah system musculoskeletal biasanya tidak mengancam jiwa, namun mempunyai dampak yang bermakna terhadap aktivitas dan produktifitas penderita. (Brunner & Suddart, 2002: 2264)
2.      Riwayat kesehatan
Kaji nyeri dengan menggunakan PQRST
P (Provoking incident) : faktor presipitasi
Q (Quality of pain)
R (Region/ radiation/ relief)
S (Severity) : skala nyeri
T (Time) : lama rasa nyeri

B.     ACTIVITY DAY LIFE
Aktivitas :
Pengkajian muskuluskeletal di saat klien berjalan, bergerak di tempat tidur, atau melakukan segala jenis aktivitas fisik. Pengkajian fungsi muskuluskletal penentuan gerak sendi, kekuatan dan tonus otot, dan kondisi sendi dan otot. Sendi bervariasi dalam tingkat mobilitasnya, diantaranya seperti lutut dapat bergerak bebas dan vertebra spinal sendi yang hanya bias sedikit di gerakkan.
Normalnya klien berjalan dengan lengan mengayun bebas dikedua sisidan kepala dan wajah mendahului tubuh. Lansia seringkali berjalan dengan langkah yang lebih kecil dan dasar penopang yang lebih lebar. (Potter & Perry, 2005 : 911).




C.    PEMERIKSAAN FISIK
1.      ARTIKULASIO TEMPOROMANDIBULARIS
1.1. OTOT
1.1.1.      Inspeksi dan palpasi
a.       Untuk mengkaji fleksi dari spinal servikalis, letakkan tangan anda pada dahi klien, dan beri tekanan. Minta klien untuk menundukkan kepala kea rah depan.
b.      Enkstensi spinal servikalis, berikan tekanan dengan tangan anda pada tulang oksipital klien. Minta klien menekuk kepala daerah belakang sejauh mungkin.
c.       Untuk mengkaji rotasi spinal servikalis, minta klien mendorong ke samping melawan tangan anda yang berada disisi kiri wajah untuk menghambat gerakan.
1.2. RENTANG GERAK
1.2.1.      Pada Artikulosio temporomandibularis, ada 3 gerak yang bisa diperiksa:
a.       Mnta pasien membuka dan menutup mulutnya.
b.      Gerakan protrusio  dan retraksi (dengan memajukan rahangnya), normalnya: ketika mulut terbuka lebar , 3 buah jari tangan dapat dimasukan ke gigi seri atas dan bawah. Pada gerakan protrosio rahang yang normal, gigi bawah dapat ditempatkan di depan gigi yang atas.
1.3. SENDI DAN TULANG
1.3.1.      Inspeksi dan palpasi
a.       sendi untuk menemukan pembengkakan atau kemerahan. Pembengkakan pada sendi ini dapat terlihat sebagai benjolan bulat.
b.      Untuk menentukan lokasi serta melakukan palpasi sendi, tempatkan ujung jari telunjuk di depan  tragus setiap  setiap telinga dan minta pasien untuk membuka mulut. Ujung jari tangan harus terjatuh kedalam rongga sendi ketika mulut membuka. Periksa untuk menemukan gerakan yang lancar, perhatikan setiap pembengkakan atau nyeri tekan. Bunyi gerakan mengatup atau klik dapat diraba atau didengar pada orang yang normal.
2.      SENDI BAHU
2.1. OTOT
2.1.1.      Inspeksi dan palpasi
a.       Amati bahu dan lengkung bahu dari sebelah anterior, dan lakukan inspeksi scapula serta otot yang terkait dengannya dari sebelah posterior.perhatikanlah setiap adanya pembengkakan, deformitas atau atrofi otot atau fasikulasi (tremor halus) pada otot.
b.      Jika terdapat riwayat nyeri bahu, minta pasien untuk menunjuk bagian yang merasa nyeri, lokasi nyeri dapat menunjukan asal nyerinya :
·         Puncak bahu yang menjalar ke leher - artikulasio acromioklavikularis
·         Permukaan lateral bahu yang menjalar ke insersio deltoideus - otot rotator cuff
·         Bahu anterior tendon bisipitalis
2.2. RENTANG GERAK (ROM)
Keenam gerakan pada lengkung bahu adalah fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, dan  rotasi internal serta eksternal. Amati gerakan yang lancer dan mengalir saat perawat berdiri didepan pasien dan minta pasien untuk :
2.2.4.         Mengangkat kedua lengan (abduksi) hingga setinggi bahu (sudut 900) dengan telapak tangan menghadap kebawah (tes gerakan murni glenohumeral)
2.2.5.         Mengangkat kedua lengan hingga posisi vertical diatas kepala dengan telapak tangan saling menghadap satu sama lain (tes gerakan skapulotorakal untuk sudut 600 serta kombinasi gerakan glenohumeral dengan skapulotorakal selama abduksiuntuk sudut terakhir 300)
2.2.6.         Menempatkan kedua tangan dibelakang leher dengan sendi siku terangkat kelateral (tes rotasi eksternal dan abduksi)
2.2.7.         Menempatkan kedua tangan kebawah dibelakang punggung (tes rotasi internal dan abduksi)
Pemeriksaan sendi bahu sering memerlukan evaluasi yang selektif pada artikulatioakromioklaikularis, bursa subakromial dan subdeltoideus, otot rotator cuff, sulkus serta tendon bisipitalis, dan kapsula artikularis serta membrane synovial  pada artikulasio glenohumeralis.
Struktur
Teknik untuk memeriksa sendi bahu
Artikulatio Akromioklavikularis
Lakukan palpasi dan bandingkan kedua sendi untuk menemukan adanya pembengkakan atau nyeri tekan.lakukan adduksi dengan lengan menyilang dada.
Artikulasio subakromialis dan subdeltoideus
Lakukan ekstensi pasif sendi bahu dengan mengangkat siku ke posterior. Tindakan ini akan membuat bursa anterior terpajan dengan akromion. Lakukan palpasi dengan saksama di daerah bursa subakromialis dan subdeltoideus.
Otot-Otot Rotatoe Cuff
Sementara lengan tergantung disisi tubuh, lakukan palpasi 3 otot SITS yang berinsersi pada tuberkulum mayus humeri. (otot keempat, muskulus subskapularis, berinsersi disebelah anterior dan tidak dapat diraba).
Supraspinatus-langsung di bawah akromiom
Infraspinatus-di sebelah posterior m. supraspinatus
Teresminor-di si sebelah posterior dan inferior m. supraspinatus
-          Lakukan ekstensi pasif sndi bahu dengan mengangkat siku ke posterior .manuver ini juga menggerakan otot-otot rotator cuff keluar dari bawah tulang akromiom. Lakukan palpasi pada insersi otot SITSyang bulat itu didekat tuberkulum mayus humeri
-          Lakukan pengecekan dro-parm sign.minta pasien untuk mengabduksikan lengannya secara penuh hingga setinggi bahu (900) dan turunkan perlahan.(perhatikan gerakan abduksi hingga diatas bahu,dari sudut 90-1200 merefleksikan kerja m.deltoideus)

Sulkus Dan Tendon Bisipitalis
Lakukan rotasi eksterna  lengan atas serta bawah dan tentukan lokasi m.biseps dibelah distal didekat sendi siku.telusuri otot tersebut dan tendonnya dari sudut proksimal kedalam sulkus bisipitalis disepanjang permukaan anterior os humerus.saat memeriksa gejala nyeri tekan pada tendon,pengguliran tendon tersebut  dibawah jari-jari tangan anda dapat membantu pemeriksaan anda.
Akhirnya pegang siku pasien pada tubuhnya dengan lengan bawah di fleksikan pada sudut tegak lurus.minta pasien untuk melakukan supinasi lengan bawah tersebut melawan tahanan.
Kapsula Artikularis, Membrane Sinovia L dan Artikulasio Glenohumeralis
Kapsula artikularis yang berserat dan tendon otot rotator cuff yang rata serta lebar sangat berdekatan satu sama lain sehingga harus diperiksa secara bersama-sama.pembengkakan pada kapsula sendi dan membra sinovia tersebut sering terdeteksi paling jelas dengan melihat bahu dari atas.lakukan palpasi kapsula sendi dan membran sinovia di bawah akromion anterior dan posterior

2.3.      SENDI DAN TULANG
2.3.1. Inspeksi dan palpasi
a. Cari pembengkakan kapsula sendi disebelah anterior atau benjolan dalam bursa subakromial di bawah muskulus deltoideus.periksa keseluruhan ekstremitas atas untuk menemukan adanya perubahan warna, kulit,atau posisi yang abnormal.
b. Kenali patokan tulang pada bahu dan kemudian lakukan palpasi pada daerah nyeri.tentukan lokasi prosesus akromialis dan tekan kea rah medial untuk menentukan lokasi ujung distal klavikula pada artikulasio akromio klavikularis.lakukan palpasi kearah lateral dan bawa dengan langkah pendek ke tuberkulum mayus humeri,dan kemudian tekan ke arah medial, untuk menentukan lokasi prosesus korakoideus scapula.selanjutnya lakukan palpasi pada daerah yang terasa nyeri dan identifikasi struktur yang terkena.

3.            SENDI SIKU
3.1. OTOT
3.1.1.      Inspeksi dan palpasi
Lakukan palpasi pada sulkus yang berada diantara epikondilus dan olekranon dengan memperhatikan seriap adanya nyeri tekan, pembengkakan atau penebalan.
3.2. RENTANG GERAK
Kisaran gerak sendi siku meliputi fleksi dan  ektensi. Pada sendi siku dan pronasi serta supinasi lengan bawah. Untuk menguji gerakan fleksi dan ekstensi, minta pasien untuk menekuk dan meluruskan sendi sikunya. Saat kedua lengan pasien berada disisi tubuhnya dan sendi siku difleksikan guna meminimalkan gerakan bahu, minta pasien melakukan gerakan supinasi / memutar telapak tangannya hingga menghadap keatas dan gerakan pronasi atau memutar telapak tangannya hingga menghadap ke bawah.
3.3. SENDI DAN TULANG
3.3.1.      Inspeksi dan palpasi
a.       Sanggah lengan bawah pasien dengan menggunakan tangan anda yang berlawanan agar sendi sikunya berada dalam posisi fleksi pada sudut 700.
b.      Lakukan inspeksi pada olekantro os ulna, perhatikan pembengkakan yang ada.
c.       Lakukan palpasi pada prosesus olekranol dan tekan pada daerah epikondilus untuk menemukan adanya nyeri tekan. Perhatikan setiap pergeseran olekranol.

4.      PERGELANGAN TANGAN DAN TANGAN
4.1. OTOT
4.1.1.      Inspeksi dan palpasi
a.       Amati kedua posisi tangan ketika bergerak, untuk melihat apakah gerakan tangan tersebut terjadi secara lancar dan wajar. Dalam posisi istirahat, jari-jari tangan harus berada dalam posisi sedikit fleksi dan segaris (algned )  dengan kedudukan hamper sejajar.
b.      Amati kontur telapak tangan, yaitu eminensia thenar dan hipothenar.
c.       Perhatikan setiap penebalan pada tendon otot-otot fleksor atau kontraktur fleksi pada jari-jari.
d.      Lakukan palpasi pada anatomic snuffbox, yaitu lekukan beronggga yang berada tepat disebelah distal prosesus stiloideus radius yang dibentuk oleh otot-otot abductor dan ekstensor ibu jari tangan. Daerah “snuffbox” tersebut akan terlihat lebih jelas dengan melakukan ekstensi lateral  ibu jari tangan untuk menjauhi tangan.
4.2. RENTANG GERAK
4.2.1.      Dengan lengan bawah pasien yang sistabilkan, tempatkan pergelangan tangannya dalam posisi ekstensi dan letakan ujung-ujung jari tangan anda pada telapak tangan pasien. Minta pasien untuk mengfleksikan pergelangan tangannya melawan gravitasi dan kemudian melawan tahanan dengan derajat yang berfariasi.
4.2.2.      Ekstensi
Dengan lengan bawah pasien yang distabilkan, tempatkan pergelangan tangannya dalam posisi fleksi dan letakan tangan anda pada bagian dorsal os metacarpal pasien. Minta pasien untuk mengekstensi pergelangan tangannya melawan gravitasi dan kemudian melawan tahanan dengan derajat yang bervariasi
4.2.3.      Defisiasi ulnar dan radial
Dengan telapak tangan menghadap ke bawah, minta pasien untuk menggerakan pergelangan tangannya ke lateral dan medial.
4.2.4.      Fleksi dan ekstensi
Minta pasien untuk mengepalkan tanganya kuat-kuat , ibu jari tangan menyilang buku-buku jari dan kemudian mengekstensikan serta mengembangkan jari-jari tangannya. Jari tangan harus dapat menutup dan membuka dengan lancar dan mudah. Pada artikulasio metakarpofalangeal, jari-jari tangan dapat melakukan gerakan ekstensi dan diluar posisi netral.
4.2.5.      Abduksi dan adduksi
Minta pasien untuk mengembangkan jari-jari tangannya sehingga terpisah satu sama lain (abduksi) dan kemudian merapatkannya kembali (aduksi). Lakukan pengecekan apakah gerakannya terjadi secara lancar dan terkoordinasi.
4.2.6.      Pada ibu jari tangan, lakukan pemeriksaan untuk menilai gerkan fleksi, ektensi, abduksi, aduksi, oposisi. Minta pasien untuk menggerakan ibujarinya menyilang telapak tangan serta menyentuh basis jari kelingking una menguji gerakan fleksi, dan kemudian menggerakannya kembali menyilang telapak tangan serta menjauhi jari-jari tangannya guna menguji gerakan ekstensi.
4.2.7.      Selanjutnya minta pasien untuk menempatkan jari-jari tangan dan ibu jarinya dalam posisi netral dengan telapak tangan menghadap keatas, kemudian minta pasien untuk menggerakan jari tangannya ke anterior menjauhi telapak tangan guna menilai gerakan abduksi dan kembali ke bawah guna menilai gerakan adduksi. Untuk menguji gerakan oposisi atau gerakan ibu jari tangan menyilang telapak tangan minta pasien untuk menentukan ibu jarinya dengan tiap-tiap ujung jari tangannya.
4.2.8.      Tes sensasi pada jari-jari tangan hanya dilakukan disepanjang permukaan lateral dan medialnya untuk mengisolasikan setiap perubahan pada nervus digitalis.
4.3.SENDI DAN TULANG
4.3.1.      inspeksi dan palpasi
a.       Lakukan inspeksi terhadap permukaan Palmaris dan dorsalis pergelangan tangan dan tangan dengan seksama untuk menemukan gejala pembengkakan pada persendian tersebut.
b.      Perhatikan setiap deformitas yang terjadi pada pergerakan tangan, tangan, atau tulang-tulang jari tangan (falang) disamping memeperhatikan pula setiap angulasi dari defiasi radial atua ulnal.
c.       Pada pergelangan tangan, lakukan palpasi ujung distal os radius dan ulna pada permukaan lateral serta medialnya. Lakukan palpasi sulkus pada setiap dorsum pergelangan tangan pasien dengan menggunakan ibu jari tangan anda sementara jari-jari tangan yang lain berada dibawahnya. Perhatikan setiap pembengkakan , perabaan seperti spons, ataupun nyeri tekan yang ada.
d.      Lakukan palpasi pada 8 buah os karpal yang terletak disebelah distal pergelangan tangan, dan kemudian lakukan pula palpasi pada 5 buah os metacarpal serta falang proksimal, medial, dan distal.
e.       Lakukan kopresi artikulasi metakarpofalangeal dengan menekan tangan dari kedua sisi diantara ibu jari dan jari tangan anda. Sebagai alternative, gunakan ibu jari tangan anda,untuk meraba setiap artikulasio metakarpofallngeal tepat disebelah distal setiap buku jari sementara jari telunjuk anda meraba kaput metacarpal pada telapak tangan. Perhatikan tiap pembengkakan, perabaan seperti spon, atau nyeri tekan yang ada.
f.       Kini lakukan pemeriksaan pada jari-jari tangan . lakukan palpasi pada permukaan medial dan lateral setiap artikulasio interfalangeal proksimal diantara ibu jari tangan dan jari telunjuk anda; priksa adanya pembebgkakan, perabaan seperti spons, pembesaran tulang, atau nyeri tekan.dengan menggunakan teknik yang sama, lakukan pemeriksaan pada artikulasio interfalangeal distal. Pada setiap daerah yang mengalami pembengkakan atau inflamasi, lakukan palpasi disepanjang tendon yang berinsersio pada ibu jari dan jari-jari tangan.


5.      TULANG BELAKANG
5.1. OTOT
5.1.1.      Inspeksi dan palpasi
a.       Mulai pemeriksaan dengan mengamati postur tubuh pasien yang meliputi posisi leher dan batang tubuhnya ketika pasien memasuki ruang periksa.
b.      Lakukan pemeriksaan unntuk menilai posisi kepala dalam keaadan tegak, gerakan leher yang lancar serta terkoordinasi, dan kemudahan saat berjalan.
c.       Minta pasien untuk mengenakan kain penutup atau gaun periksa yang dapat dibuka di bagian belakangnya untuk menginspeksi keseluruhan punggung secara lengkap.jika memungkinkan, pasien harus berdiri tegak dalam posisi normal-dengan kedua kaki dirapatkan dan kedua lengan bergantung pada sisi tubuhnya.kepala harus berada di garis tengah dalam bidang yang sama seperti bidang sacrum, sedangkan kedua bahu dan kedua sisi pelvis harus rata.
d.      Lakukan inspeksi dan palpasi pada otot-otot paravertebralis untuk menemukan adanya nyeri tekan dan spasme.otot-otot yang spasme akan teraba keras serta seperti menyimpul dan munkin dapat dilihat.
e.       Lakukan palpasi untuk menemukan adanya nyeri tekan pada daerah selain yang dikeluhkan pasien.nyeri punggung bawah merupakan pemeriksaan yang cermat untuk menilai tingkat kompresi medulla spinalis-penyebab nyeri terberat-karena keaadan ini berisiko untuk menimbulkan paralisis tungkai yang terkena.
5.2. RENTANG GERAK OTOT
5.2.1.      Minta pasien untuk melakukan maneuver berikut dan lakukan pemeriksaan untuk mengecek apakah terdapat gerakan yang lancer dan terkordinasi;
a.       Fleksi.membuat dagu menyentuh dagu.
b.      Ekstensi.melihat kelangit-langit atas.
c.       Rotasi.memutar kepala kesetiap sisi dengan menatap langsung pada bahu.
d.      Penekukkan lateral. memiringkan kepala sehingga setiap telinga menyentuh bahu yang sesisi.
e.       Nyeri tekan, gangguan sensasi,atau gangguan gerakan mengharuskan pemeriksaan neurologi yang cermat pada leher dan ekstremitas atas
5.2.2.      Lakukan pemeriksaan untuk menilai kisaran gerak pada columna vertebra.
a.       Fleksi. Minta pasien untuk membungkukkan tubuhnya ke depan hingga jari-jari tangannya dapat menyentuh jari-jari kaki (fleksi). Perhtaikan kelancaran serta kesimetrisan gerakannya, kisaran gerak, dan lengkungan pada daerah lumbal. Ketika gerakan fleksi berlangsung, konkavitas lumbal harus mendatar.
b.      Ekstensi. Tempatkan tangan pada spina iliaka posterior superior dengan jari-jari tangan menunjuk kearah garis tengah, dan minta pasien untuk menekukkan tubuhnya ke beleakang sejauh mungkin.
c.       Rotasi. Stabilkan pelvis dengan meletekkan salah satu tangan pada pinggul pasien dan tangan yang lain diletakkan pada bahu yang berlawanan. Kemudian rotasikan batang tubuhnya dengan menarik bahu tersebut dan kemudian pinggulnya ke posterior. Ulangi maneuver ini dengan posisi yang lain.
d.      Penekukan lateral. Sekali lagi, stabilkan pelvis dengan meletakkan tangan pada pinggul pasien. Minta pasien menekuk tubuhnya ke samping sejauh mungkin.
5.3. SENDI DAN TULANG
5.3.1.      Inspeksi dan palpasi
a.       Lakukan inspeksi pasien dari samping.lakukan evaluasi terhadap kurvatura vertebralisnya.
b.      Dari samping pasien
Lengkungan (kurva ) servikal ,torakal,dan lumbal.
c.       Dari belakang pasien
Kolumna vertebra yang tegak (garis imajiner harus berjalan turun dari C 7 hingga garis celah gluteus) kesejajaran (alignment) kedua bahu,Krista iliaka dan lipatan kulit di bawah bokong (lipatan gluteus).
d.      Dari posisi duduk atau berdiri,lakukan palpasi prosesus spinosus tiap-tiap vertebra dengan menggunakan ibu jari tangan
e.       Di daerah leher, lakukan pula palpasi facies artikularis yang terletak di antara vertebra sevikalis sekitar 1 inci sebelah lateral prosesus spinosus C2-C7.persendian ini memiliki letak yang dalam pada muskulus trapesius dan mungkin tidak dapat   diraba kecuali bila otot leher dalam keadaan rileks.
f.       Di daerah lumbal bawah lakukan pemeriksaan yang cermat untuk mengecek setiap garis vertebra yang tidak rata atau terputus (step-offs) guna menentukan apakah terdapat salah satu prosesus spinosus yang tergeser maju (atau mundur) secara abnormal terhadap tulang vertebra di atasnya.identifikasi setiap adanya nyeri tekan.
g.      Lakukan palpasi pada artikulasio sakroiliaka yang sering dikenali melalui lekukan yang ada diatas spina iliaka posterior superior.
h.      Lakukan perkusi pada vertebra untuk menemukan nyeri tekan dengan cara mengetuknya, tetapi jangan terlalu keras. Tindakan ini dapat dilakukan dengan memakai permukaan ulnar kepalan tangan
i.        Dengan sendi pangkal paha berada dalam keadaan fleksi dan pasien berbaring miring pada sisi tubuh yang lain,lakukan palpasi nervusiskiadikus yang merupakan serabut syaraf terbesar didalam tubuh.nervus iskiadikus terdiri atas radiks syaraf yang berasal dari L4, L5, SI, S2 dan S3.Srabut syaraf tersebut terletak pada pertengahan jarak antara trokanter mayor dan tuber iskiadikum ketika meninggalkan rongga pelvis melalui insisura iskiadika.

6.      SENDI PANGKAL PAHA
6.1. OTOT
6.1.1.      Inspeksi dan palpasi
a.       Fase berdiri ( stance phase )
Ketika kaki mengenai tangan dan menyangga beban tubuh ( 60% dari siklus berjalan )
·         Tumit menyentuh tanah  ( heelstrike)
·         Kaki rata ( foot flat )
·         Pertengahan berdiri ( midstance )
·         Ujung depan kaki menjejak tanah ( push off  )
b.      Fase mengayun ( Swing phase )
Ketika kaki bergerak kedepan dan tidak menyangga beban tubuh ( 40% dari siklus berjalan )
·         Amati cara berjalan pasien untuk melihat lebarnya jarak dari tumit yang satu dengan yang lainnya.Lebarnya jarak tersebut berjalan tersebut harus sebesar 2 hingga 4 inci ( sekitar 5 hingga 10 cm) antara tumit yang satu dan lainnya. Cara berjalan yang normal harus terlihat lancer iramanya berkesinambungan dan sebagian gerakan dicapai oleh kontraksi otot-otot obduktor  pada tungkai yang menyangga beban tubuh. Kontraksi otot obduktor akan mengstabilkan pelvis dan membantu menjaga keseimbangan dengan mengangkat pinggul  yang berlawanan. Sendi lutut harus difleksikan sepanjang fase berdiri kecuali ketika tumit menyentuh fase menyentuh tanah untuk mengimbangi gerakan pada sendi pergalangan kaki.
6.2. RENTANG GERAK
6.2.1.      Gerakan pada sendi pangkal paha meliputi fleksi, ekstensi, adduksi, dan rotasi. Perhatikan bahwa sendi pangkal paha dapat melakukan fleksi yang lebih jauh jika sendi lutut juga dalam keadaan fleksi. Rotasi sendi pangkal paha sementara sendi lutut difleksikan pada mulanya mungkin membingungkan : ketika tungkai bawah ayunkan kelateral, os fermur akan berputar kedalam.
6.2.2.      Gerakan tersebut merupakan gerakan os femur pada sendi pangkal paha yang mengidentifikasikan gerakan ini.
6.2.3.      Fleksi : dengan pasien berbaring terlentang tempatkan tangan anda dibawah vertebra lumbalis pasien. Minta pasien untuk menekuk setiap lututnya secara bergantian hingga menyentuh dadanya dan menarik dengan kuat kearah perutnya. Perhatikan ketika punggung pasien menyentuh tangan anda yang menunjukkan terjadinya pendataran lordosis lumbal yang normal-fleksi lebih lanjut harus terjadi dari sendi pangkal paha itu sendiri. Ketika paga ditarik kearah perut, amati derajat fleksi pada sendi pangkal paha dan lutut. Normalnya, bagian anterior paha dapat hamper menyentuh dinding dada. Perhatikan apakah paha yang lain tetap berada dalam keadaan ekstensi yang pebuh diatas meja periksa.
6.2.4.      Ekstensi : saat pasien berbaring telungkup, ekstensikan paha pasien kearah anda dengan arah posterior.
6.2.5.      Abduksi : stabilkan pelvis dengan menekan spina iliaka anterior superior yang berlawanan kebawah dengan satu tangan. Dengan tangan anda yang lainnya memegang pergelangan kaki pasien dan lakukan abduksi tungkai yang dalam posisi ekstensi sampai anda merasakan gerakan spina iliaka tersebut.
6.2.6.      Adduksi : dengan pasien berbaring terlentang, stabilkan pelvis, kemudian pegang salah satu pergelangan kaki pasien, dengan gerakan tungkainya kemedial hingga menyilang tubuh hingga melewati ekstremitas yang berlawanan.
6.2.7.      Rotasi : fleksikan tungkai hingga sudut 90% pada sendi pangkal paha dan lutut, stabilkan paha dengan satu tangan anda, kemudian pegang pergelangan kaki pasien dengan tangan yang lain, dan ayunkan tungkai bawahnya kemedial untuk menghasilkan rotasi eksternal pada sendi pangkal paha dan kelateral untuk rotasi internal.
6.3. SENDI DAN TULANG
6.3.1.      Inspeksi dan palpasi
a.       Inpeksi sendi pangkal paha dimulai dengan observasi yang cermat terhadap cara pasien berjalan ketika memasuki ruangan periksa.Ada dua vase alam siklus berjalan.
b.      Saat pasien berbaring terlentang, minta pasien untuk meletakkan bagian tumit tungkai yang akan diperiksa pada sendi lutut sisi yang berlawanan kemudian, lakukan palpasi disepanjang ligamentum inguinalis yang membentak dari spina iliaka anterior superior hingga tuberkulum pubika. Nervus, arteri, dan vena akan menyilang ligementum inguinalis yang berada diatasnya limfonodus terletak disebelah medial.
c.       Saat pasien berbaring pada sisi tubuhnya dengan sendi pangkal paha berada padat posisi fleksi dan rotasi internal. Lakukan palpasi bursa trokanterika yang terletak diatass trokanter mayor. Normalnya, bursa iskiogluteal yang berada diatas tuber iskiadikum tidak dapat diraba kecuali jika bursa tersebut mengalami inflamasi.

7.      SENDI LUTUT DAN TUNGKAI BAWAH
7.1. OTOT
7.1.1.      Inspeksi dan palpasi
a.       Amati cara berjalan pasien untuk melihat apakah terdapat gerakan yang lancar dan berirama pada saat pasien memasuki ruang periksa. Lutut harus diekstensikan ketika tumit menyentuh tanah dan difleksikan pada seluruh fase dalam siklus mengayun dan berdiri (swing dan stance) .
b.      Lakukan palpasi muskulus gastroknemius dan soleus pada permukaan posterior tungkai bawah. Tendon dari kedua otot tersebut yaitu tendon Achilles, dapat diraba dari sekitar bagian sepertiga bawah betis hingga insersinya pda os kalkaneus.untuk memeriksa tendon Achilles,tempatkan pasien dengan berbaring telungkup dengan sendi lutut dan pergelangan kaki difleksikan pada sudut 900,atau sebagai alternative lain minta pasien berlutut pada kursi.pijat betisnya dan perhatikan fleksi palntaris yang terjadi pada sendi pergelangan kaki.
7.2. RENTANG GERAK
Minta pasien memfleksikan dan mengektensikan sendi utut saat dia duduk.untuk mengecek rotasi internal dan eksternal,minta pasien untuk memutar kakinya ke medial dan lateral
7.2.1.      Ekstensi : meluruskan tungkai pada lutut.
7.2.2.      Fleksi : menekuk tungkai pada lutut dan menarik kaki ke atas menyentuh bokong.
7.3. SENDI DAN TULANG
7.3.1.      inspeksi dan palpasi
a.       Lakukan pemeriksaan untuk mengecek kesejajaran (aligment) dan kontur sendi lutut.amati setiap atrofi pada muskulus kuadriseps muskulus
b.      Cari tanda hilangnya cekungan normal di sekitar patella yang merupakan tanda pembengkakan pada sendi lutut dan kantong supra patella; perhatikan setiap gejala pembengkakan lainnya pada seni lutut atau daerah di sekitarnya.
c.       Minta pasien untuk duduk di tepi meja periksa dengan kedua sendi lutut berada dalam keadaan fleksi. Dalam posisi ini, semua patokan tulang akan terlihat lebih jelas.
Pertama-tama tinjau kembali patokan tulang yang penting pada sendi lutut.  Dengan menghadap kearah sendi lutut, letak kedua ibu jari tangan anda pada cekungan jaringan lunak di kedua sisi tendon patella. Pada permukaan medial, gerakan ibu jari tangan ke atas kemudian ke bawah, dan kenali kondilus medialis femur serta tepi atas plateau medialis tibia. Telusuri tendon patella di sebelah distal sampai tuberkulum tibia. Tuberkulum aduktor berada disebelah posterior kondilus medialis femur. Disebelah lateral tendon patella, kenali kondilus lateralis femur dan plateau lateralis tibia. Epikondilud medialis dan lateralis femur berada disebelah lateral kondilus pada saat sendi lutut berada dalam keadaan fleksi. Tentukan lokasi patella.
d.      Lakukan palpasi ligamentum, tepi meniscus, dan bursa sendi lutut dengan memberikan perhatian yang kusus pada setiap daerah dengan nyeri tekan.
e.       Lakukan palpasi tendon patella dan minta pasien mengekstensikan sendi lututnya untuk memastikan apakah tendon tersebut intak.
f.       Saat pasien berbaring terlentang, dan sendi lutunya diekstensikan, dorong patella kearah os femur yang ada di bawahnya. Minta pasien mengencangkan muskulus kuadriseps ketika patella bergerak ke distal dalam sulkus troklearis. Priksa apakah terdapat gerakan meluncur yang lancar ( patella femoral grinding test).
g.      Pemeriksaan untuk menilai kompatemen medial dan lateral artikulasio tibio femoralis. Fleksikan sendi lutut pasien hingga sudut 900.kaki pasien harus diletakan di meja priksa. Lakukan palpasi ligamentum koleteral medialis (LKN) yang terdapat diantara epikondilus medialis femur dan os femur; kemudian lakukan palpasi ligamentum kolateral lateralis (LKL) yang mirip tali serta terletak di antara epikondilus lateralis femur dan kaput fibula.
h.      Lakukan palpasi meniscus medialis dan lateralis di sepanjang garis sendi lateral dan medial.perhatikan setiap pembengkakan atau nyeri tekan yang ada.
i.        Perhatikan setiap tonjolan tulang yang tidak teratur di sepanjang tepi sendi.
j.        Raba setiap penebalan atau pembengkakan pada kavum suprapatela dan di sepanjang sisi patella. mulailah 10 cm di atas margo superior patella( tepat di atas kavum tersebut) dan raba jaringan lunak yang ada diantara ibu jari dan jari-jari tangan anda. Gerakan tangan anda ke distal dengan langkah-langkah yang progresif seraya mencoba mengenali kavum supra patella. Lanjutkan palpasi anda di sepanjang sisi patella. Perhatikan setiap nyeri tekan atau perabaan yang lebih hangat nyata dibandingkan pada jaringan di sekitarnya.
k.      Lakukan palpasi pada bursa prepatelaris serta bursa anserine disisi posteromedial di sendi lutut diantara ligamentum koleteral medialis dan tendon otot yang berinsersi pada plateau medialis tibia. Pada permukaan posterior, dengan tungkai dalam keadaan ekstensi, priksalah permukaan media fosa poplitea.
l.        Ketiga test berikut ini akan membantu anda untuk mendeteksi cairan di dalam sendi lutut:
·         Tanda benjolan (untuk efusi ringan).
Dengan sendi lutut dalam keadaan ekstensi, tempatkan tangan kiri anda di atas sendi lutut dan lakukan penekanan pada kavum supra patella dengan menggeser atau memerah cairan kea rah bawah. Lakukan pengurutan kebawah pada permukaan medial sendi lutut dan kemudian lakukan penekanan untuk memeksa cairan berpindah ke daerah lateral. Ketuklah sendi lutut tetap di belakang margolateral patella dengan menggunakan tangan kanan.
·         Tanda balon (untuk efusi yang banyak).
Tempatka ibu jari dan jari telunjuk tangan kanan anda pada setiap sisi patella; dengan tangan kiri anda lakukan kompresi kavum supra patella os femur. Rasakan gerakan yang masuk kedalam rongga di sebelah patella yang berbeda di bawah ibu jari telunjuk tangan anda.
·         Balloting patella
Untuk mengetahui efusi yang banyak, anda dapat pula menekan kavum suprapatela dan melakukan ballotte atau gerakan mendorong patella dengan tiba-tiba kea rah os femur. Amati aliran balik cairan efusi ke dalam kavum supra patella.
7.3.2.      Teknik untuk memeriksa sendi lutut
a.       Struktur : ligamentum kolateral medialis(LKM)
Manuver : tes stres abduksi.dengan pasien berbaring terlentang dan sendi lutut sedikit di fleksikan,gerakan paha ke lateral hingga sudut sekitar 300 pada sisi meja periksa. Tempatkan satu tangan pada sisi lateral sendi lutut untuk menstabilkan os femur sementara tangan yang lain memegang daerah disekitar sisi medial pergelangan kaki.lakukan dorongan kemedial pada sendi lutut sementara pergelangan kaki ditrik ke lateral untuk membuka sendi lutut tersebut pada sisi medialnya (stres valgus).
b.      Struktur : ligamentum koleteral lateralis (LKL)
Manuver : tes stres adduksi. kini dengan paha dan sendi lutut berada dalam posisi yang sama gantilah posisi anda agar anda dapat menempatkan satu tangan pada permukaan medial sendi lutut sementara tangan yang lain berada di sekitar sisi lateral pergelangan kaki.lakukan dorongan ke medial pada sendi lutut sementara pergelangan kaki di tarik ke lateral untuk membuka sendi lutut tersebut pada sisi lateralnya (stres varus).
c.       Struktur : ligamentum krusiatum anterior (LKA)
Manuver: anterior drawer sign.sementara pasienberbaring terlentang, sendi pangkal paha difleksikan dan sendi lutut difleksikan hingga sudut 900 dan telapak kaki diletakan rata pada meja periksa, tangkupkan kedua tangan anda disekitar sendi lutut dengan kedua ibu jari tangan berada pada sisi medial serta lateral garis sendi dan jari-jari tangan pada insersi medialis serta lateralis otot hamstring.tarik os tibia kedepan dan perhatikan apakah tulang tersebut bergeser kedepan dari bawah os femur.bandingkan derajat gerakan kedepan itu pada sendi lutut yang lain.
Tes lachman.tempatkan sendi lutut pasien dalam posisi fleksi dengan sudut 1250 dan rotasi eksternal pegang bagian  distal os femur dengan satu tangan sementara satu tangan yang lain memegang bagian proksimal os tibia. Dengan ibu jari tangan yang memegang tibial berada pada garis sendi, secara bersamaan gerakan os tibia kedepan dan os femur ke belakang. Nilai derajat penyimpangan kedepan.
d.      Struktur Ligamentum krusiatum posterior (LKP)
Maneuver : posterior drawer sign. Posisikan pasien dan tempatkan kedua tangan anda dalam posisi seperti yang dijelaskan pada tes anterior drawer. Dorong os tibia  ke posterior dan perhatikan derajat gerakan kebelakang  pada os femur.
e.       Struktur : medialis dan meniscus lateralis
Maneuver :tes mcmurray.jika bunyi klik terasa atau terdengar pada garis sendi ketika sendi lutut difleksikan dan diekstensikan, atau bila terdapat nyeri tekan disepanjang garis sendi, maka lakukan periksaan lebih lanjut terhadap kondisi meniscus untuk menemukan rupture posterior.dengan pasien berbaring terlentang, pegang tumitnya dan fleksikan sendi lututnya. tangkupkan tangan anda yang lain pada sendi lutut pasien dengan jari-jari tangan dan ibu jari berada disepanjang sisi medial dan lateral garis sendi.pada tumit, lakukan rotasi internal dan eksternal tungkai bawah, kemudian dorong pada sisi lateral untuk stres valgus disisi medial sendi tersebut.pada saat yang sama lakukan rotasi eksternal tungkai tersebut dan dengan perlahan ekstensikan tungkai ini.



8.      PERGELANGAN KAKI DAN KAKI
8.1. OTOT
8.1.1.      Inspeksi dan palpasi
a.       Amati semua permukaan pergelangan kaki dan kaki dengan memperhatikan setiap deformitas, nodule atau pembengkakan, dan setiap kalus atau klavus yang ada.
b.      Raba sepanjang tendon Achilles untuk menemukan nodule dan nyeri tekan.
8.2. RENTANG GERAK
8.2.1.      Kisaran gerak pada pergelangan kaki meliputi gerakan fleksi dan ekstensi pada sendi pergelaangan kaki (talotibialis) dan pada kaki, gerakan inversi serta eversi pada artikulasio subtalaris dan tarsalis transversus.
8.2.2.      Sendi pergelangan kaki (artikulasio talotibialis). Lakukan gerakan dorsi fleksi dan fleksi plantaris kaki pada sendi pergelangan kaki.
8.2.3.      Artikulasio subtalaris (talokalkaneus). Stabilkan sendi pergelangan kaki dengan satu tangan, kemudian pegang tumit pasien dengan tangan yang lain, dan lakukan gerakan inverse serta eversi kaki.
8.2.4.      Artikulasio tarsalis transversus. Stabilkan tumit kaki pasien dan lakukan gerakan inversi serta eversi kaki bagian depan.
8.2.5.      Untuk artikulasio metatarsofalangeal. Lakukan fleksi jari-jari kaki terhadap kaki.
8.3. SENDI DAN LUTUT
8.3.1.      inspeksi dan palpasi
a.       Dengan kedua ibu jari tangan melakukan palpasi permukaan anterior setiap sendi pergelangan kaki dengan memperhatikan adanya perabaan seperti spons, pembengkakan, atau nyeri tekan.
b.      Lakukan palpasi tumit khususnya bagian posterior serta inferior os. Kalkaneus, dan facia plantaris untuk menemukan adanya nyeri tekan.
c.       Lakukan palpasi artikulasio metatarsofalangeal untuk menemukan nyeri tekan.
d.      Lakukan kompresi kaki bagian depan diantara ibu jari dan jari-jari tangan. Tekan daerah yang berada tepat di sebelah proksimal kaput metatarsal pertama dan kelima.
e.       Lakukan palpasi pada setiap kaput dari kelima tulang metatarsal dan pada sulkus yang berada di antara kaput-kaput tersebut dengan menggunakan ibu jari serta jari telunjuk. Letakkan ibu jari tangan pada bagian dorsum pedis dan telunjuk pada permukaan plantarisnya.



















DAFTAR PUSTAKA

·         Bickley Lynn S., 2009. Buku Ajar Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan, Edisi 8. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
·         Brunner & Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Edisi 8. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
·         Morton, Patricia Gonce, 2003. Panduan Pemeriksaan Kesehatan, Edisi 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
·         Potter, Patricia A., 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 4. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
·         Sabiston, David C., 1994. Buku Ajar Bedah,  Bagian 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

CVP (Central Vena Pressure)

Asuhan Keperawatan Hemodialisis